Fenomena meminta-minta di jalanan tidak hanya sekadar masalah ekonomi, tetapi juga mencerminkan pola pikir yang salah. Banyak pengemis yang sebenarnya mampu bekerja, tetapi memilih bergantung pada belas kasihan orang lain. Di sisi lain, masyarakat yang dengan mudah memberikan uang tanpa memahami dampaknya justru memperkuat kebiasaan ini. Bahkan bagi mereka yang benar-benar miskin, bantuan finansial langsung sering kali tidak efektif karena kurangnya kemampuan mengelola keuangan, sehingga kemiskinan terus berulang.
Pemerintah telah menyediakan berbagai program untuk mengatasi masalah ini, mulai dari pelatihan keterampilan, edukasi keuangan, hingga program pemberdayaan ekonomi seperti UMKM, padat karya, dan pendidikan vokasi. Program ini dirancang agar masyarakat memiliki peluang meningkatkan taraf hidup. Sayangnya, partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas ini masih rendah karena pola pikir yang menganggap meminta lebih mudah dibandingkan berusaha. Oleh karena itu, perubahan mindset menjadi kunci untuk memanfaatkan peluang ini secara maksimal.
Di sisi lain, berkembangnya media sosial juga memberi dampak terhadap fenomena ini. Banyak konten kreator yang membuat eksperimen sosial dengan berpura-pura menjadi pengemis dan menilai siapa yang berbagi dan siapa yang tidak. Meskipun niatnya mungkin untuk meningkatkan kepedulian sosial, dampak negatifnya adalah memperkuat mentalitas ketergantungan. Lebih parahnya, banyak orang akhirnya memberi bukan karena keikhlasan, tetapi karena takut dinilai buruk atau dijadikan bahan konten. Akibatnya, para pengemis yang melihat fenomena ini semakin termotivasi untuk meminta-minta karena tahu bahwa ada tekanan sosial bagi orang lain untuk memberi.
Ketika pemerintah melalui aparat menertibkan pengemis dan gelandangan, sering kali muncul kesalahpahaman. Penegakan aturan ini dianggap tidak manusiawi, padahal dilakukan sesuai prosedur untuk menciptakan ketertiban dan mendorong perubahan sosial. Kesalahpahaman ini sering dimanfaatkan oleh oknum yang menyebarkan narasi negatif di media sosial demi sensasi, memperburuk citra aparat dan pemerintah. Masyarakat perlu mendukung langkah ini dan memahami bahwa penegakan aturan adalah bagian dari upaya menciptakan lingkungan yang lebih baik.
Mengubah kebiasaan meminta-minta membutuhkan kerja sama antara masyarakat, pemerintah, dan aparat. Kita harus bijak dalam memberi, mengarahkan bantuan pada hal yang produktif, dan mendukung penegakan aturan. “Kebaikan sejati bukan hanya memberi belas kasihan, tetapi mendorong seseorang untuk bangkit dan menjalani hidup dengan bermartabat.”
-Firdan