Wajo

Menyeruput Perdamaian di “KEDAI KOPI”: Pramuka Wajo Rajut Toleransi Lintas Iman di Bumi Lamaddukkelleng

17
×

Menyeruput Perdamaian di “KEDAI KOPI”: Pramuka Wajo Rajut Toleransi Lintas Iman di Bumi Lamaddukkelleng

Sebarkan artikel ini

WAJO-AMBARNEWS.COM || Di bawah langit senja Kawasan Rumah Adat Atakkae, Sengkang, Sulawesi Selatan, tawa dan percakapan akrab terdengar dari tenda-tenda peserta. Mereka bukan sekadar berkemah, melainkan sedang “menyeduh” nilai-nilai perdamaian dalam kegiatan bertajuk Interfaith and Nature Events and Camps dengan subtema “Membangun Dialog melalui KEDAI KOPI (Kemah Damai, Kolaborasi Positif) di Bumi Lamaddukkelleng.”

Kegiatan yang digelar pada Sabtu–Minggu, 25–26 Oktober 2025, ini merupakan bagian dari program Aktualisasi Nilai Dialogue for Peace Indonesia. Sebanyak 30 peserta yang terdiri atas Pramuka Penegak, Dewan Kerja Cabang, pembina pramuka, tokoh lintas agama, dan relawan lingkungan berkumpul untuk belajar menciptakan harmoni dalam keberagaman melalui dialog, aksi sosial, dan refleksi bersama di alam terbuka.

“Dialog bukan sekadar berbicara, tetapi juga mendengarkan dengan empati dan memahami dengan hati. Dari sinilah harmoni dalam perbedaan tumbuh,” ujar Muhammad Antrin, fasilitator dari Dialogue for Peace Indonesia.

Program ini merupakan hasil sinergi antara Bidang Kerjasama Luar Negeri Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dengan World Organization of the Scout Movement (WOSM), Temasek Foundation, dan King Abdullah bin Abdul Aziz Center for Interreligious Dialogue (KAICIID). Implementasi di lapangan dilaksanakan oleh Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Wajo bekerja sama dengan Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Sulawesi Selatan.

Kegiatan dibuka secara resmi oleh Kak Edy Rakhman, S.Sos., M.Si., LT., mewakili Ketua Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Wajo. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya menanamkan nilai perdamaian dan toleransi sejak dini, khususnya di kalangan generasi muda.

“Acara ini diharapkan menjadi ruang lahirnya ide-ide inovatif dan strategi praktis dalam mencegah konflik, membangun harmoni, serta mempromosikan dialog yang berkelanjutan,” ujar Kak Edy.

Selama dua hari kegiatan, para peserta mengikuti berbagai agenda bermakna, mulai dari upacara pembukaan, dialog lintas iman, sesi materi tentang nilai-nilai perdamaian, penanaman pohon, kunjungan ke rumah ibadah, hingga malam refleksi damai. Dalam setiap kegiatan, mereka diajak untuk menyadari bahwa perdamaian bukan hanya sesuatu yang diajarkan, melainkan sesuatu yang dialami dan dihidupi—dalam semangat Kemah Damai.

Suasana semakin hangat saat malam refleksi dan pentas seni digelar. Para peserta berbagi kisah tentang keberagaman di sekolah dan komunitas masing-masing serta menampilkan bakat seni budaya yang mereka miliki.

“Dialogue for Peace adalah program yang membekali generasi muda dengan keterampilan dan sikap untuk menjadi agen perdamaian di komunitasnya. Dari sesi-sesi dialog, saya belajar bahwa perdamaian bukan hanya ketiadaan konflik, tetapi tentang membangun pengertian di tengah keberagaman. Saya bangga bisa menjadi bagian dari kegiatan ini yang mengajarkan arti penting toleransi dan saling menghargai perbedaan,” tutur Muhammad Ikhlasul Amal dan Andi Mufi Nur Zakinah, peserta asal SMA Negeri 1 Wajo.

Selain berdialog, peserta juga menanam pohon sebagai simbol tumbuhnya semangat perdamaian yang berakar kuat di Bumi Lamaddukkelleng. Alam menjadi saksi bagaimana generasi muda belajar menumbuhkan empati dan menghargai perbedaan.

Puncak kegiatan ditandai dengan Deklarasi Pramuka Perdamaian Wajo, yang dibacakan bersama oleh seluruh peserta di bawah langit malam Sengkang. Dengan semangat persaudaraan, mereka berikrar untuk menjaga toleransi, melestarikan lingkungan, dan menjadi teladan dalam kehidupan bermasyarakat.

Kegiatan KEDAI KOPI di Wajo menjadi bukti bahwa dialog dan empati dapat menyatukan perbedaan. Di antara tenda-tenda sederhana dan aroma kopi yang diseduh di pagi hari, generasi muda belajar bahwa perdamaian dapat dirajut dari percakapan hangat, aksi nyata, dan hati yang terbuka untuk memahami diri dan sesama.